JENIS ALAT MUSIK KHAS TRADISIONAL BUGIS

JENIS ALAT MUSIK KHAS TRADISIONAL BUGIS
Rabu, 13 April 2016
Konten [Tampil]
JENIS – JENIS ALAT MUSIK TRADISIONAL BUGIS

Gendang/Genrang/Ganrang
Musik perkusi yang mempunyai dua bentuk dasar yakni bulat panjang dan bundar seperti rebana. Bahannya dibuat dari kayu seperti kayu batang pohon cendana, kayu batang pohon nangka, kayu batang pohon kelapa dan kayu jati. Pilihan bahan dalam pembuatan gendang tersebut karena disamping ketahanannya juga karakter bunyi yang dihasilkannya karena kayu tersebut berfungsi sebagai tabung suara atau ruang resonansi. 
Gendang tersebut, disekat oleh kulit hewan (kulit kambing) sebagai sumber bunyi dan rautan rotan kecil yang dibelah empat sebagai penarik sekat atau pembentang kulit kambing tersebut  untuk mendapatkan hasil bunyi yang diinginkan.

Fungsinya:

Gendang Besar (Ganrang Pakballe)
Sebagai media spiritual ke transcendental pada setiap upacara-upacara ritual seperti pada pencucian benda-benda pusaka kerajaan (Gowa), upacara perkawinan pada prosesi akpassili (pembersihan) dan akkorongtigi (malam pacar), upacara assongkabala (tulakbala), khitanan.

Gendang Tengah (Ganrang Pakarena)
Sebagai sarana hiburan, mengiringi tari-tarian, upacara perkawinan, sunatan ataukah dihadirkan di depan tamu-tamu agung.

Gendang Kecil (Ganrang Pamanca)
sebagai musik pengiring seni beladiri atau pencak silat dan paraga (permainan akrobat bola takrow).
pada upacara ritual, tabuhan gendang  disertai tiupan serunai (puik-puik), dan tabuhan gong.



SULING
Suling-Suling bambu/buluh, terdiri dari tiga jenis, yaitu: Suling panjang (suling lampe), memiliki 5 lubang nada. Suling jenis ini telah punah, suling calabai (Suling ponco),sering dipadukan dengan piola (biola) kecapidan dimainkan bersama penyanyidan suling dupa samping (musik bambu), musik bambu masih terplihara didaerah Kecamatan Lembang.  Biasanya digunakan pada acara karnaval (barisberbaris) atau acara penjemputan tamu.

  • Suling Ponco’ (suling pendek), adalah suling yang memiliki 6 (enam) lubang nada. Pada masyarakat Sinjai suling ponco’ disebut juga suling kambara (kembar) dalam penyajiannya dilengkapi dengan nyanyian-nyanyian seperti: buruda, donda, lenggang-lenggang, si jauh la malang, ammacciang, dan lain-lain.
  • Suling Lampe (suling panjang). Suling lampe agak lebih panjang  dari suling ponco’ memiliki 5 (lima) lubang nada. Pada ujung suling lampe ditambahkan tanduk kerbau yang berfungsi sebagai corong pembesar suara.
  • Suling Lontarak,  adalah suling yang memiliki 4 (empat) lubang nada. Pada masyarakat Barru suling lontarak selain untuk menghibur masyarakat juga berfungsi seagai sarana ritual meong palo (naskah kuno suku Bugis). Suling lontarak dibunyikan disertai dengan nyanyian-nyanyian yang syairnya berisikan tentang petuah-petuah dan nasehat leluhur.  
  • Suling Bulatta pada masyarakat Sidenreng Rappang sebagai sarana hiburan yakni disamping sebagai alat instrument pelipur lara untuk kalangan sendiri juga digunakan sebagai alat pengiring tari, pengiring lagu-lagu.
  • Suling Baliu,  bagi masyarakat Soppeng menjadi musik pelipur lara di kala suntuk. Menghilangkan kejenuhan di kala menjaga kebun, dan memberikan efek ketenangan hati (terapi otot). Adapun lubang nada pada alat musik ini terdiri atas 4 (empat) lubang nada dan menyerupaijenis suling ponco’ namun sedikit lebih pendek.
  • Suling Lembang (suling panjang) pada masyarakat Toraja berfungsi ritual karena hadir pada saat pelaksanaan upacara rambu solo (upacara kedukaan) yang dimainkan bersamaan dengan gong dan nyanyian (vocal). Suling lembang ditambahkan tanduk kerbau pada ujungnya  sebagai corong pembesar suara. 


KECAPI
Kecapi merupakan salah satu bentuk alat musik tradisional Sulawesi Selatan. Termasuk dalam rumpun  alat musik chordophone atau alat musik yang bersumber bunyi dari dawai/senar. Dahulu kecapi sangat digemari dikalangan tua dan muda, dapat menjadi pelipur lara dikala gundah ataupun teman bersuka ria. Kecapi juga menjadi sahabat dekat bagi para petani yang sedang menunggui sawah ataupun para pelaut yang sedang berlayar di tengah samudera.
Salah satu alat musik petik tradisional Sulawesi Selatan khususnya suku Bugis, Bugis Makassar dan Bugis Mandar. Menurut sejarahnya kecapi ditemukan atau diciptakan oleh seorang pelaut, sehingga bentuknya menyerupai perahu.

Musik daerah atau musik tradisional adalah musik yang lahir dan berkembang di daerah- daerah di seluruh Indonesia. Ciri khas pada jenis musik ini teletak pada isi lagu dan instrumen (alat musiknya). Musik tradisi memiliki karakteristik

Seiring perjalan zaman pemainan kecapi sebagai sarana hiburan tampil lebih fleksibel berdasar pada permintaan masyarakat. Kecapi dapat dimainkan oleh satu orang dapat juga secara berkelompok dalam bentuk ansambel sejenis. Juga dapat dimainkan bersama dengan alat musik tradisional lainnya seperti gendang, suling, lea-lea, gong, biola, mandaliong, katto-katto dan lain-lain. Adakalanya disertai penyanyi laki-laki atau penyanyi perempuan. Permainan kecapi juga digunakan sebagai pengiring tarian.

Permainan kecapi hadir pada upacara-upacara seperti perkawinan, sunatan, acara kenegaraan dan lainnya. Adapun bahan pembuatannya dari batang pohon kayu cendana, kayu nangka dan kayu jati. Alat musik ini terdiri atas 2 (dua) senar/dawai dengan masing-masing senar memiliki stem yang berbeda. Dahulu, kecapi dalam masyarakat terdiri atas 3(tiga) grep namun mengalami perkembangan menjadi 4-6 grep.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel