MAKALAH PERKEMBANGAN JIWA KEAGAMAAN PADA ANAK DAN REMAJA

MAKALAH PERKEMBANGAN JIWA KEAGAMAAN  PADA ANAK DAN REMAJA
Selasa, 09 Juli 2013
Konten [Tampil]
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Manusia sebagai salah satu makhluk yang berada di permukaan bumi merupakan salah satu makhluk yang paling sempurna yang diciptakan oleh Allah SWT. Sebagaimana firmannya dalam surat At-Tiin ayat 4 :

Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”

Sebagaimana arti ayat diatas maka manusia sebagai makhluk yang terbaik memiliki keunikan dan menarik untuk diketahui dan dipelajari lebih jauh baik dari segi pisik atau raga  dan  mental atau kejiwaannya.

Baca Juga Contoh makalah


Bertolak dari latar belakang diatas hampir seluruh ahli ilmu jiwa sependapat, bahwa sesungguhnya apa yang menjadi keinginan dan kebutuhan manusia itu bukan hanya terbatas pada kebutuhan makan, minum, pakaian ataupun kenikmatan-kenimatan lainnya. Berdasarkan hasil riset dan observasi mereka mengambil kesimpulan bahwa pada diri manusia terdapat semacam keinginan dan kebutuhan yang bersifat universal, kebutuhan itu melebihi kebutuhan-kebutuhan lainnya. Kebutuhan akan kekuasaan. Keinginan akan kekuasaan tersebut merupakan kebutuhan kodrati, salah satunya berupa kebutuhan untuk mencintai dan dicintai Tuhan yang kita kenal dengan istilah agama.
Hasil penelitian dan observasi para peneliti menimbulkann beberapa teori antara lain:
1.      Teori Monistik (Mono = Satu)
Teori monistik berpendapat bahwa yang menjadi sumber kejiwaan agama itu adalah satu sumber kejiwaan. Selanjutnya sumber tunggal manakah yang dimaksud yang paling dominan sebagai sumber kejiwaan itu, timbul beberapa pendapat yang dikemukakan oleh:

a.       Thomas Van Aquino
Sesuai dengan masanya Thomas Aquino mengemukakan bahwa yang menjadi sumber kejiwaan  agama itu ialah berfikir.  Manusia bertuhan karena manusia menggunakan kemampuan berfikirnya. Kehidupan beragam merupakan refleksi dari kehidupan berfikir manusia itu sendiri. Pandangan semacam ini masih tetap mendapat tempatnya hingga sekarang dimana para ahli mendewakan rasio sebagai satu-satunya motif yang menjadi sumber agama.
b.      Fredrik Hegel
Hampir sama dengan pendapat Thomas Aquino maka filosof Jerman ini berpendapat bahwa agama adalah salah satu pengetahuan yang sungguh-sungguh benar dan tempat kebenaran abadi. Berdasarkan hal itu agama semata-mata merupakan hal-hal atau persoalan yang berhubungan dengan pikiran.
c.       Frekdrick Schleimacher
Berlainan dengan pendapat kedua ahli diatas, F. Schleimacher berpendapat, bahwa yang menjadi sumber keagamaan itu adalah rasa ketergantungan yang mutlak (sence of depend). Dengan adanya rasa ketergantungan yang mutlak ini manusia merasakan dirinya lemah. Kelemahan ini menyebabkan manusia selalu tergantung hidupnya dengan suatu kekuasaan yang berada di luar dirinya sehingga terbentuklah konsep ketuhanan.
d.      Rudolf Otto
Rudolf Otto berpendapat sumber kejiwaan adalah rasa kagum yang berada dari the wholly other (yang sama sekali lain). Jika seseorang dipengaruhi rasa kagum terhadap sesuatu yang dianggapnya lain dari yang lain di istilahkan R. Otto “Numinous”sebagai sumber yang essesial.
e.       Sigmund Frend
Pendapat S. Frend sumber kejiwaan agama adalah libido sexuil (naluri seksual).
Berdasarkan libido ini timbullah ide tenga ke-tuhanan dan upacara keagamaan setelah melalui proses:
a)      Oedipoes Comples:Mitos Yunani kuno yang mencerikan bahwa karena perasaan cinta kepada ibunyam maka Oedipoes membunuh ayahnya. Kejadinya yang semacam ini berasal dari manusia primitif. Mereka bersekongkol membunuh ayah yang berasal dalam masyarakat poromiscuitas. Setelah ayah mereka mati, maka timbullah rasa bersalah (sence of guilt) pada diri anak-anak itu.
b)      Father Image(Citra Bapak): setelah mereka membunuh ayah mereka dan dihantui rasa bersalah itu, timbullah rasa penyesalan, perasaan itu menerbitkan ide untuk membuat suatu cara sebagai penebus kesalahan yang mereka lakukan. Timbullah keinginan untuk memuja arwah ayah yang mereka bunuh itu, karena khawatir akan pembalasan arwah tersebut. Realisasi dari upacara keagamaan itulah menurutnya sebagai asal dari upacara keagamaan, jadi menurut S. Frend, agama muncul dari ilusi (khayalan) manusia.
S. Frend bertambah yakin akan kebenaran pendapatnya itu berdasarkan kebencian setiap agama terhadap dosa. Dan dilingkungannya yang beragama Nasrani, Frend menyaksikan kata “Bapak” dalam untaian doa mereka.
f.       William Mac Dougall
Sebagai salah satu ahli spikologi instink, ia berpendapat bahwa memang isntink khusus sebagai sumber agama tidak ada. Ia berperndapat sumber kejiwaan agama merupakan kumpulan dari beberapa instink. Menurut Mac Dougall, pada diri manusia terdapat 14 macam instink. Maka agama timbul dari dorongan instink secara terintegrasi.
Namun demikian pendapat ini bantah oleh para ahli posipologi agama. Alasannya, jika agama merupakan instink, maka setiap orang tanpa harus belajar agama pasti akan terdorong secara spontan ke gereja, begitu mendengar bunyi lonceng gereja. Tetapi kenyataannya tidak demikian.
2.      Teori Fakulti (Faculty Theory)
Teori ini berpendapat bahwa tingkah laku manusia tidak besumber pada suatu faktor yang tunggal tetapi terdiri atas beberapa unsur, antara lain yang dianggap memegang peranan penting adalah : Fungsi Cipta (reason), Rasa (emotion), dan Karsa (Will).
Demikian pula perbuatan manusia yang bersifat keagamaan di pengaruhi dan ditentukan oleh tiga fungsi tersebut:
1)      Cipta (Reason)
Cipta merupakan fungsi intelektual manusia.ilmu kalam (Theologi) merupakan cerminan adanya pengaruh fungsi intelek ini. Melalui cipta orang dapat menilai dan membandingkan dan selanjutnya memutuskan suatu tindakan terhadap stimulan tersebut. Perasaan intelek ini dalam agama merupakan suatu kenyataan yang dapat dilihat, terlebih-lebih dalam agama modern perasaan dan fungsi reason ini sangat menentukan. Sehingga timbul anggapan bahwa agama yang ajarannya tidak sesuai dengan akal merupakan agama yang kaku dan mati.
2)      Rasa (Emotion)
Rasa merupakan suatu tenaga dalam jiwa manusia yang banyak berperan dalam membentuk motivasi dalam corak tingkah laku seseorang, betapapun pentingnya fungsi reason namun jika digunakan secara berlebihan akan menyebabkan agama itu menjadi dingin.
Untuk itu fungsi reason hanya pantas berperan dalam pemikiran mengenai super natural saja, sedangkan untuk memberi makna dalam kehidupan beragama diperlukan penghayatan yang seksama dan mendalam sehingga ajaran itu tampak hidup.  Jadi yang menjadi objek penyelidikan sekarang adalah bukan anggapan bahwa pengalaman keagamaan seseorang itu dipengaruhi oleh emosi, melainkan sampai berapa jauhkah peranan emosi itu dalam agama, sebab jika secara mutlak emosi yang berperan tunggal dalam agama, maka ia akan mengurangi nilai agama itu sendiri. Sebagaimana yang dikemukakan oleh W.H. Clark: “Upacara keagamaan yang hanya menimbulkan keributan bukanlah merupakan agama sama sekali”.
3)      Karsa (Will)
Karsa merupakan fungsi eksekutif dalam jiwa manusia, will berfungsi mendorong timbulnya pelaksanaan doktrim serta ajaran agama berdasarkan fungsi kejiwaan, mungkin saja penglaman agama seseorang bersifat intelek atau eosi, namun jika tanpa adanya perana will maka agama tersebut belum tentu terwujud sesuai dengan kehendak reason dan emosi.
Sejalan dengan fungsi reason dan emosi maka fungsi will pun tidak boleh berlebih-lebihan. Mungkin saja golongan yang demikian itu melaksanakan ajaran keagamaan secara efisien tetapi pada dasarnya mereka belum dapat menempatkan ajaran agama pada proporsi yang sebenarnya.



3. Teori Fakulti
Teori ini dikemukakan oleh:
1)      G.M. Straton
Straton mengemukakan tori “Konflik”, ia mengatakan bahwa yang menjadi sumber kejiwaan agama adalah adanya konflik dalam kejiwaan manusia, keadaan yang berlawanan seperti: baik-buruk, moral-immoral, kepasikan dan keaktifan, rasa rendah diri dan rasa harga diri menimbulkan pertentangan dalam diri manusia, dikotomi (serba dua) termasuk menimbulkan rasa agama dalam diri manusia.
Jika konflik itu sudah sedemikian mencekam manusia dan mempengaruhi kehidupan kejiwaannya,maka manusia itu mencari pertolongan kepada sesuatu yang tertinggi (Tuhan).
2)      Zakiah Darajat
Zakiah Darajat berpendapat bahwa pada diri manusia itu terdapat kebutuhan pokok. Beliau mengemukakan bahwa selain dari suatu kebutuhan akan adanya kebutuhan akan keseimbangan dalam kehidupan jiwanya agar tidak mengalami tekanan, misalnya:
a)      Kebutuuhan akan rasa kasih sayang,
b)      Kebutuhan akan rasa aman,
c)      Kebutuhan akan rasa harga diri,
d)     Kebutuhan akan rasa bebas,
e)      Kebutuhan akan sukses,
f)       Kebutuhan akan rasa ingin tahu,
Munurut Zakiah, gabungan dari keenam macam kebutuhan tersebut menyebabkan seseorang membutuhkan agama, sebab melalui agama kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat terpenuhi.
3)      W.H. Thomas
W.H. Thomas mengemukakan bahwa yang menjadi sumber kejiwaan beragama adalah empat macam keinginan dasar yang ada dalam diri manusia, yaitu:
a)      Keinginan untuk keselamatan (security)
b)      Keinginan untuk mendapat penghargaan (recognation),
c)      Keinginan untuk ditanggapi (response).
d)     Keinginan untuk pengetahuan dan pengalaman baru (New experience).
Didasarkan pada keempat keinginan tersebut itulah pada umumnya manusia itu menganut agama, menurut W.H. Thomas melalui ajaran agama yang teratur, maka keempat keinginan itu akan tersalurkan. Dengan menyembah dan mengabdikan diri kepada Tuhan keingian keselamatan akan terpenuhi.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah timbulnya Jiwa Keagamaan Pada Anak
2.      Bagaimanakah Perkembangan Agama Pada Anak-Anak

C.    Tujuan
Yang menjadi tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah:
1.      Sebagai wadah bagi mahasiswa untuk mengetahui perkembangan kejiwaan pada diri manusia khususnya perkembangan jiwa keagamaan pada anak-anak dan remaja.
2.      Sebagai jawaban dan tugas yang diberikan dosen mata kuliah Psikologi kepada kelompok II.

D.    Manfaat
Makalah ini bermanfaat untuk memberikan pengetahuan dasar kepada mahasiswa untuk mengetahui perkembangan kejiwaan yang ada pada seorang manusia khususnya pada tingkat anak-anak dan remaja.





BAB II
PEMBAHASAN

A.    Timbulnya Jiwa Keagamaan Pada Anak

Manusia dilahirkan dalam keadaan lemah, fisik maupun psikis, walaupun dalam keadaan yang demikian ia telah memiliki kemampuan bawaan yang bersifat laten, potensi bawaan ini memerlukan pengembangan melalui bimbingan dan pemeliharaan yang mantap lebih-lebih pada usia dini.
Sesuai dengan prinsip pertumbuhannya maka seorang anak menjadi dewasa memerlukan bimbingan sesuai dengan prinsip yang dimilikinya yaitu:
1.      Prinsip Biologis
Secara fisik anak yang baru dilahirkan dalam keadaan lemah, dalam segala gerak dan tindak tanduknya ia selalu memerlukan bantuan dari orang-orang dewasa sekelilingnya. Dengan kata lain ia belum dapat berdiri sendiri karena manusia bukanlah merupakan makhluk instinktif. Keadaan tubuhnya belum tumbuh secara sempurna untuk difungsikan secara maksimal.
2.      Prinsip Tanpa Daya
Sejalan dengan belum sempurnanya pertumbuhan fisik dan psikisnya maka anak yang baru dilahirkan hingga menginjak usia dewasa selalu mengharapkan bantuan dari orang tuanya. Ia sama sekali tidak berdaya untuk mengurus dirinya sendiri.
3.      Prinsip Eksplorasi
Kemampuan dan perkembangan potensi manusia yang dibawanya sejak lahir baik jasmani maupun rohani memerlukan pengembangan melalui pemeliharaan dan latihan. Jasmaninya baru akan berfungsi sempurna jika dipelihara dan dilatih. Akal dan fungsi mental lainnya pun baru akan menjadi baik dan berfungsi jika kematangan dan pemerliharaan serta bimbingan dapat diarahkan kepada pengeksplorasian perkembangannya.
Semua itu tidak dapat difungsikan secara sekaligus melainkan melalui pentahapan. Begitu juga perkembangan agama pada diri anak.
Timbulnya agama pada anak menurut para ahli dapat dibagi dalam dua pendapat:
Pendapat pertamamengatakan bahwa anak dilahirkan sebagai makhluk yang religius. Anak yang baru dilahirkan lebih mirip binatang dan malahan mereka mengatakan anak seekor kera lebih bersifat kemanusian daripada anak manusia itu sendiri. Pendapat kedua berpendapat sebaliknya bahwa anak sejak dilahirkan telah membawa fitrah keagamaan. Fitrah itu baru berfungsi di kemudia hari melalui proses bimbingan dan latihan seteralah berada pada tahap kematangan.
Menurut tinjauan pendapat pertama bayi dianggap sebagai manusia dipandang dari segi bentuk dan bukan kejiwaan, apabila bakat elementer bayi lambat bertumbuh dan matang maka agak sukarlah untuk melihat adanya keagamaan pada dirinya. Sedangkan pendapat yang kedua tanda-tanda keagamaan pada diri seorang anak akan tumbuh terjalin secara integral dengan perkembangan fungsi-fungsi kejiwaan lainnya.
Dari kedua pendapat diatas maka pertumbuhan agama pada anak itu antara lain:
1.      Rasa ketergantungan (sence of fepende)
Teori ini dikemukakan oleh Thomas melalui teori Four wisbes, menurutnya manusia dilahirkan kedunia ini memiliki empat keinginan, yaitu: keinginan untuk perlindungan, keinginan untuk pengalaman baru, keinginan untuk mendapat tanggapan dan keinginan untuk dikenal.
2.      Instink Keagamaan
Menurut Woodwoth, bayi yang dilahirkan sudah memiliki beberapa instink diantaranya instink keagamaan. Belum terlihat tindak keagamaan pada diri anak karena fungsi kejiwaan yang menopang kematangan berlum berfungsi secara sempurna. Instink kejiwaan yang ada pada anak dapat berfungsi setelah anak dapat bergaul dan berkemanpuan untuk berkomunikasi.

B.     Bagaimanakah Perkembangan Agama Pada Anak-Anak

Menurut penelitian Ernest Harms perkembangan anak-anak itu melalui bebrapa fase (tingkatan). Dalam bukunya The Thevelopment of religious on children ia mengatakan bahwa perkembangan agama pada anak-anak itu melalui tiga tingkatan, yaitu:
1.      The fairy stage (tingkat dongeng)
Tingkatan ini dimulai pada anak yang berusia 3-6 tahun, pada tingkatan ini konsep mengenai tuhan lebih banyak dipengaruhi oleh fantasi dan emosi. Pada tingkat perkembangan ini anak menghayati konsep ke-Tuhanan sesuai dengan tingkat perkembangan intelektualnya,

2.      The Realistic Stage (tingkat kenyataan)
Tingkat ini dimulai sejak anak masuk sekolah dasar hingga sampai ke usia (masa usia) Adolesense. Pada masa ini ide ke-Tuhanan anak sudah mencerminkan konsep-konsep yang berdasarkan kepada kenyataan (realis). Konsep ini timbul melalui lembaga-lembaga keagamaan dan pengajaran agama dari orang dewasa lainnya.
3.      The Individual Stage (tingkat individu)
Pada tingkat ini anak telah memiliki kepekaan emosi yangh paling tinggi sejalan dengan perkembangan usia mereka. Konsep ini terbagi tiga, yaitu:
1)      Konsep ke-Tuhanan yang konvensional dan konservatif dengan dipengaruhi sebagian kecil fantasi. Hal tersebut dipengaruhi oleh pengaruh luar.
2)      Konsep ke-Tuhanan yang murni yang dinyatakan dalam pandangan yang bersifat personal (perseorangan)
3)      Konsep ke-Tuhanan yang bersifat humanistik. Agama telah menjadi etos humanis pada diri mereka dalam menghayati ajaran agama. Perubahan ini dipengaruhi oleh faktor ontern yang perkembangan usia dan ekstern berupa pengaruh luar yang dialaminya.






Bab III
PENUTUP

A.    Kesimpulan

Sebagai makhluk ciptaan tuhan, sebenarnya potensi agama sudah ada setiap manusia dilahirkan. Potensi ini berupa dorongan untuk mengabdi kepada sang pencipta. Dalam terminologi Islam dorongan ini dikenal dengan hidayat al diniyyat berupa benih-benih keberagamaan yang dianugrahkan Tuhan kepada manusia. Dengan adanya potensi bawaan ini, manusia dapa hakikatnya adalah makhluk beragama.
Dorongan untuk mengabdi yang ada pada diri manusia pada hakikatnya merupakan sumber keberagamaan yang fitri, untuk memelilhara dan mejaga kemurnian potensi fitrah tersebut, maka tuhan yang Maha Pencipta mengutus para Nabi dan Rasul. Tugas utama mereka adalah untuk mengarahkan perkembangan potensi bawaan itu kejalan yang sebenarnya. Seperti yang dikehendaki oleh Sang Pencipta. Sebab bila tidak diarahkan oleh utusan Tuhan, dikhawatirkan akan terjadi penyimpangan.
Konsep ajaran islam menegaskan bahwa bahwa pada hakikatnya penciptaan jin dan manusia adalah untuk menjadi pengabdi yang setia kepada penciptaannya sebagai firman Allah dalam al-qur’an :
   
Artinya: “dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”.
Agar tuga dan tanggung jawab dapat diwujudkan secara benar, maka tuhan mengutus Nabi dan Rasulnya sebagai pemberi pengajaran, contoh dan teladan. Dalam estapet berikutnya pemberi pengajaran diwariskan kepada para ulama, akan tetapi tanggung jawab utamanya dititik beratkan kepada kedua orang tua. Sebagaimana yang telah di di pesankan oleh Rasulullah Muhammad SAW. “sesungguhnya bayi yang dilahirkan itu dalam keadan fitrah, yaitu dorongan untuk mengabdi kepada penciptanya, namun benar dan tidaknya cara pengabdian yang dilakukannya, sepenuhnya tergantung dari kedua orang tua masing-masing.



B.     Saran

Pendidikan anak bukanlah tanggung jawab seorang ulama, kiyai, ustad atau guru ngaji semata, kita semua selaku manusia dewasa mempunyai andil yang besar untuk membantu sesama manusia untuk mendapatkan pengetahuan tentang cara beragama dan beribadah yang benar kepada sang pencipta.
Orang tua sebagai orang yang medapatkan amanah berupa anak, janganlah sampai melalaikan amanah ini, ingatlah sabda rasullah “yang menjadikan anak itu seorang majusi, yahudi dan nasrani tergantung dari orang tuanya”. Kemampuan beragama orang tua sangat menunjang perkembangan keagamaan pada anak, pendidikan yang didapatkan anak diluar rumah hanyalah sebagai tambahan dari apa yang telah didapatkan di rumah tempat dia berada.
Marilah, kepada semua rekan mahasiswa, kita tanamkan dalam diri kita masing-masing bahwa pendidikan anak / adik-adik kita juga merupakan tanggung jawab kita semua sebagai mahasiswa STAI DDI yang mempelajari dan mendalami pengetahuan agama untuk kita salurkan kepada penerus agama ini sekaligus membantu meringankan beban yang dipikul orang tua.





     TUGAS KELOMPOK

PERKEMBANGAN JIWA KEAGAMAAN
 PADA ANAK DAN REMAJA








Disusun Oleh:
KELOMPOK II

SYAHRUL
MIRNAWATI
ASRIANI
ROLING

                 SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
DDI AL-HIDAYAH LAMOOSO
2013



KATA PENGANTAR

Bismillahir rahmanir rahim
Assalamu ‘Alaikun Wr. Wb.

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt, Karena berkat rahmat dan hidayah-Nya  sehingga pembuatan makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Makalah ini berjudul “PERKEMBANGAN JIWA KEAGAMAAN PADA ANAK DAN REMAJA”.Makalah ini berisikan beberapa konsep dari pendapat para ahli serta tahap-tahap perkembangan jiwa keagamaan pada anak-anak dan remaja.

Dalam pembuatan makalah ini tentunya tidak terlepas dari bantuan teman-teman mahasiswa dan dorongan dari dosen pembimbing, untuk itu kami tak lupa mengucapkan terimah kasih yang sedalam-dalamnya semoga amal ibadah kita diterima disisi Allah Swt.

Makalah ini tentunya masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritikan dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapakn demi kesempurnaan pembuatan makalah selanjutnya.

Minallahi Musta’an Wailahi Tiklan
Wassalmu ‘Alaikum Wr. Wb.



                                                                      Lamooso,          Maret 2013
                                                                                  Kelompok II




ii
DAFTAR ISI



HALAMAN JUDUL ............................................................................................                   i
KATA PENGANTAR .........................................................................................                  ii
DAFTAR ISI .........................................................................................................                 iii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................                  1
A.  Latar Belakang .......................................................................................                  1
B.  Rumusan Masalah ..................................................................................                  6
1.    Bagaimanakah timbulnya Jiwa Keagamaan Pada Anak ....................                  6
2.    Bagaimanakah Perkembangan Agama Pada Anak-Anak ..................                  6
C.  Tujuan .....................................................................................................                  6
D.  Manfaat ..................................................................................................                  6
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................                  7
A.  Timbulnya Jiwa Keagamaan Pada Anak ................................................                  7
B.  Bagaimanakah Perkembangan Agama Pada Anak-Anak ......................                  8
Bab III PENUTUP ...............................................................................................                10
A.  Kesimpulan .............................................................................................                10
B.  Saran .......................................................................................................                11











iii

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel